Profil Pengusaha Sukses: Firmansyah Budi Prasetyo
Di zaman dulu bila mendengar cerita kakek dan nenek ketela sudah menjadi penyelamat. Ketela menemani hidup mereka dikala susah, di masa peperangan. Saat itu jarang sekali ada beras untuk bisa dikonsumsi oleh mereka atau jika ada harganya bisa sangat tinggi. Jadilah ketela yang cukup ditanam batangnya bisa tumbuh subur. Cerita kali ini Firmansyah Budi Prasetyo mampua mengolahnya. Kali ini ketela atau singkong menjadi satu penyelamat hidupnya. Dengan ketela ia sukses menghasilkan pundi- pundi uang jutaan rupiah.
Orang bilang singkong tidak bisa bersaing dengan kentang. Popularitas kentang goreng sudah mendunia. Dijual diberbagai waralaba, singkong juga tak kalah ditangan seorang Firman. Bisnisnya bernama Tela Krezz rasanya enak dan khas Indonesia yang dibungkus ala kentang goreng.
Penghasilan jutaan
Kalau saja kala itu dirinya percaya saran ayahnya mungkin hal ini tak akan pernah terjadi. Selepas lulus dari Univeristas Gajah Mada, di Fakultas Hukum, ia sudah diwanti- wanti untuk langsung bekerja tetapi tidak. Kalau saja kala itu dia menuruti saran itu, mungkin kini gajinya hanya jutaan rupiah. Namun berkat intuisi tajam serta semangat kewirausahaan kini dia mengantongi puluhan juta. Bahkan sekarang setelah namanya dimuat diberbagai pemberitaan omzetnya bisa mencapai miliaran rupiah.
Berdagang singkong? Apa Firman berjualan keliling kampung menjual singkong- singkong rebus. Tentu saja bukan begitu bisnisnya. Dengan jeli dan banyak percobaan dia sukses merubah singkong jadi emas. Ditangan itu singkong diubahn jadi cemilan yang tak sekedar direbus, juga tidak sekedar digoreng. Ia punya strategi khusus untuk memasarkan ketela gorengnya yang bernama Tela Krezz. Sebenarnya bisnis ini bukanlah ide miliknya sepenuhnya.
Ternyata bisnis ini sudah diawali oleh ibunya dengan mengusung nama Homy Tela. Rupanya bisnis ini tak jadi sukses karena promosi yang kurang bagus dan gencar ditambah pengolahan yang masih konvensional. Jadi sebelum toko ini ditutup jadilah ia langsung mengambil alih. Menyusun strategi pemasaran sendiri yang bisa dianggap lebih mengena dan lebih kreatif. Ia menginginkan inovasi baik di rasa maupun marketing. Singkong sendiri merupakan bahan makan yang lumrah di tempatnya Yogyakarta. Jadi seharusnya bisa lebi mengena.
Singkong adalah makanan yang biasa di Yogyakarta, juga mudah didapat karena mudah ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pengolahannya bisa dilakukan dimanapun oleh siapapun. Di Yogyakarta sendiri, Firman biasa mendapatkan 300-500 kilogram per hari dan menghasilkan produk camilan 2000 bungkus tergantung pada kualitas singkong yang ia dapat. Ia melakukan uji coba beberapa kali sampai menemukan resep untuk menghasilkan singkong yang lunak seperti kentang.
Produknya sangat simple, singkong dibersihkan lalu dipotong seukuran jari kelingking. Setelah itu tinggal digoreng lalu dibumbui hingga rasanya bervariasi seperti gurih, pedas dan manis serta campuran. Kini ada sekitar 14 macam rasa yang unik. Firman juga mencoba invasi panganan baru yang rasanya unik tapi tetep berbahan dasar singkong. Modal awalnya hanya sekitar 3 juta rupiah. Dan dia memiliki cara berpromosi sendiri salah satunya dengan rajin ikut pameran UKM.
Melalui pameran UKM ia bisa berkomunikasi langsung dengan konsumen sekaligus memberikan masukan untuknya sendiri langsung. Setelah mengikuti pameran pesanan terus mengalir dari Yogya dan luar Yogya. Ia mulai berpikir memfranchise atau mewaralabakan produknya. Setelah berjalan beberapa tahun, Tela Krezz memang menghasilkan banyak laba dan modalnya kecil. Untuk waralabanya Firman mematok angka yang terhitung kecil cuma 3,5 juta hingga 5 juta.
Uang itu sudah termasuk biaya pelatihan usaha, termasuk juga bagamana cara memilih singkong yang baik. Firman menerapkan sistem bahwa di setiap kota hanya boleh ada satu pembeli waralabanya, ini dilakukan untuk mencegah terjadinya persaingan tak sehat. Dia tak hanya memikirkan kesuksesan usaha dan dirinya saja namun ia juga ingin membuka lapangan usaha sebanyak mungkin. Dia adalah sosok yang percaya bahwa orang Indonesia sebenarnya memiliki etos kerja yang bagus yaitu ulet dan kreatif jika diberikan kesempatan.
Saat ini Tella Krezz telah memiliki 400 outlet lebih yang tersebar diseluruh nusantara yang omsetnya mencapai miliaran rupiah. Firman juga mengembangkan usaha lain dibawah bendera PT Homy Group yaitu laundry, warnet dan rental komputer. Untuk bisnis yang berbau kuliner Firman konsern pada produk olahan singkong atau ketelah saja. Tapi bisa dipastikan ini adalah bahan baku utama dimana rasanya pastilah penuh inovasi setiap kalinya.
Salah satu bisnis kulinernya yaitu ketela cake. Mengusung nama Cokro Tela Cake, produk telah diakui sebagai salah satu tujuan wisata kuliner di Yogya. Cake nya dianggap makanan khas Yogya memang sumber produsen singkong atau ketelah. Peraih penghargaan ISMBEA (Indonesia Small Mediun Business and Entrepreneur Award) dari Kementerian Koperasi & Kewirausahaan ini memang telah merintis usahanya sejak November 2006 dan sukses mendirikan berbagai usaha berbasi ketela.
Kini Tela Krezz dan Cokro Tela Cake jadi salah satu dari beberapa usaha lain miliknya yang berada dibawah naungan Homy Group, seperti warung internet dengan nama Homynet, yang menyajikan suasana seperti di rumah sendiri, jasa laundry 6 TO 9, hingga usaha di bidang kuliner Chicken Chick’S. Usut punya usut, sebelum sesukses sekarang, ia pernah tinggal di perbatasan tepatnya di Kuching, Malaysia karena tugas kampus. Saat itu matanya tebelalak melihat para TKI ilegal menyebrang. Dari sana pula jiwa kewirausahaan semakin jadi untuk membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Salah satu bisnis kulinernya yaitu ketela cake. Mengusung nama Cokro Tela Cake, produk telah diakui sebagai salah satu tujuan wisata kuliner di Yogya. Cake nya dianggap makanan khas Yogya memang sumber produsen singkong atau ketelah. Peraih penghargaan ISMBEA (Indonesia Small Mediun Business and Entrepreneur Award) dari Kementerian Koperasi & Kewirausahaan ini memang telah merintis usahanya sejak November 2006 dan sukses mendirikan berbagai usaha berbasi ketela.
Kini Tela Krezz dan Cokro Tela Cake jadi salah satu dari beberapa usaha lain miliknya yang berada dibawah naungan Homy Group, seperti warung internet dengan nama Homynet, yang menyajikan suasana seperti di rumah sendiri, jasa laundry 6 TO 9, hingga usaha di bidang kuliner Chicken Chick’S. Usut punya usut, sebelum sesukses sekarang, ia pernah tinggal di perbatasan tepatnya di Kuching, Malaysia karena tugas kampus. Saat itu matanya tebelalak melihat para TKI ilegal menyebrang. Dari sana pula jiwa kewirausahaan semakin jadi untuk membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
sumber: blogspot.com, lcdc.law.ugm.ac.id
0 comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.